BIDANG USAHA
Term Of Reference Studi Kelayakan Pembangunan PKS
PENGERTIAN INVESTASI PKS
B. POINT TAHAPAN SURVEY
1. Bahan Baku
PENGERTIAN INVESTASI PKS
Sebelum
melaksanakan pembangunan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) harus mempunyai
daya dukung bahan baku yang cukup untuk pelaksanaan prosesnya,
berdasarkan perkiraan potensi produksi, maka kapasitas pabrik
dapat dihitung. Dengan asumsi tiga shift kerja perhari (20 jam kerja
perhari) dengan 25 hari kerja perbulan serta kapasitas produksi
maksimum yang disesuaikan dengan produksi bulanan diperhitungkan
sebesar 10,5%, maka untuk mengolah seluruh produksi TBS tersebut
akan dibutuhkan pabrik dengan kapasitas minimal (6.000 ha x 20 ton
TBS/ha x 10,5%) : (25 hari x 20 jam) = 22,5 ton TBS/jam.
Tanaman kelapa sawit tenera unggul yang bersumber dari Pusat
Penelitian Kelapa Sawit dapat menghasilkan 23 - 28 ton TBS/ha/tahun
Dengan tingkat produktivitas yang demikian, dapat diperoleh sekitar 5.5 -
7,5 ton CPO dan 0,5 ton minyak inti sawit/ha/tahun pada tingkat oil extraction rate (rendemen CPO) 23 – 26% dan kernel extraction rate (rendemen inti) 6,5 – 8% (Asmono et al., 2001).
Pemilihan
lokasi pabrik ini dilakukan dengan memperhitungkan adanya batasan-
batasan yang umum berlaku antara lain mengenai penggunaan sumber air
dari sungai agar dapat mensuplai kebutuhan air untuk pengelolaan
sepanjang tahun. Topografi yang ideal untuk pabrik dipilih yang datar
namun demikian pembuatan loading ramp dibutuhkan tempat yang lebih tinggi dari unit rebusan sehingga perlu dilakukan penimbunan.
Lokasi yang dipilih harus memiliki daya dukung tanah yang cukup baik karena
tanah harus mampu menopang semua bangunan dan peralatan pabrik yang
dibangun diatasnya. Disamping itu lokasi pabrik harus bebas banjir
dan memiliki drainase vang baik. Pertimbangan lain yang diperhatikan
adalah arah angin yang sering terjadi di lokasi sedapat mungkin
asap dari cerobong pabrik tidak mencemari udara di
lingkungan komplek permukiman karyawan atau penduduk sekitamya
termasuk tingkat kebisingannya.
Pabrik
kelapa sawit (PKS) adalah unit ekstraksi minyak kelapa sawit mentah
(CPO) dan minyak inti sawit (PKO) dari TBS kelapa sawit. Pengembangan
tanaman kelapa sawit selalu disertai dengan pembangunan
pabrik. Hal ini disebabkan minyak sawit mudah mengalami
perubahan kimia dan fisika selama minyak dalam tandan dan pengolahan.
Perencanaan pembangunan pabrik haruslah selaras dengan rencana
penanaman dan rencana produksi TBS.
Menurut
SK Menteri Pertanian No.107/Kpts/2000, sebuah pabrik kelapa sawit
(PKS) hanya dapat didirikan apabila pcrusahaan tersebut
mempunyai kebun yang mampu memasok 50 % dari kapasitas PKS yang akan
dibangun (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2004).
1. Bahan Baku
Bahan Baku merupakan unsur pokok dalam sebuah produk yang akan di hasilkan, semakin baik bahan baku maka semakin baik produk yang dihasilkan, begitu pola ketersediaan nya, sebab pembangunan sebuah pabrik merupakan investasi yang padat modal dan memerlukan dana yang cukup besar, serta man power yang akan di pergunakan sehingga analisa pembangunan sebuah pabrik dalam hal ini PKS (Pabrik Kelapa Sawit) juga harus mencakup analisa ketersediaan bahan baku antara lain :
- Jenis Buah Sawit yang dihasilkan
- Kualitas Tandan Buah yang akan di olah
- Usia Produktif tanaman
- Transportasi angkut buah
2. Aksesibilitas
Dalam tahap aksesbilitas dilihat jarak (akses angkut buah dari kebun dan masyarakat sekitar) letak geografis kearah jalan utama ke pelabuhan terdekat, juga menghindari pemakaian jalan yang bukan milik perusahaan untuk menghindari berbagai konflik yang mungkin terjadi.
3. Tata Letak
Untuk mendirikan suatu pabrik perlu dilakukan penataan di dalamnya atau disebut juga sebagai tata letak pabrik. Dalam tata letak pabrik Ada 3 (tiga) hal yang perlu diatur layout-nya, yaitu Tata letak Pabrik, Tata letak kantor dan Tata Perumahan.
- Jembatan timbang
- Penerimaan TBS dan penimbangan (Loading ramp)
- Bangunan Pabrik
- Tangki Timbun CPO
- Kolam penyediaan air
- Kolam Limbah
- Bangunan Kantor
- Laboratorium
- Bengkel
- Tempat ibadah dan pos jaga.
- Perumahan
4. Mesin mesin dan perlatan per station antara lain :
- Timbangan
- Loading Ramp
- Rebusan
- Rail Track/Lori
- Threshing
- Conveyor-conveyor dan elevator
- Digester dan Pressing
- Crude Oil Tank
- Continuous Clarifier Tank
- Pompa pompa
- Cake Breaker Conveyor
- Fibre Cyclone
- Kernel Plant
- Boiler
- Engine room (panel panel)
- Water Treatment/Water Intake
- Effluent Treatment
5. Kesehatan
Dari aspek kesehatan pembangunan harus mengacu pada kaidah lingkungan dan Iklim sebagai penentuan Rona Awal sangat berpengaruh terhadap keberadaan Pabrik yakni
- Arah angin dan Kecepatan angin
- Tingkat kebisingan
- Smelty/polusi bau kolam limbah)
- Arah effluent pond
6. Lokasi dan Topograpi Survey
- Tanah (Fisik tanah gambut atau mineral dan type tanahnya berdasarkan peta Satuan Peta Tanah)
- Suitable Tanah Mineral atau Gambut
- Run Flow air pada musin penghujan (Level ketinggian dari sungai)
- Tingkat pemadatan atau timbun tanah
Kecukupan air untuk proses produksi dan perumahan (penentuan Outlet Air, kecepatan air, debit air sungai, kedalaman sungai, panjang sungai. Kejernihan air)- Kejernihan dan tingkat campuran air sungai (kualitas air
- visual)
- Topografi (peta top dan SPT)
- Luasan Areal lokasi Pabrik dan lingkungan pendukung
- Leveling tanah Pabrik
7. Ekonomi dan sosial
- Keberadaan Pabrik, jarak dari pemukiman warga minimal
- Pemanfaatan aliran sungai bagi masyarakat
- Support material yang ada.
- Sosial ekonomi masyarakat sekitar dan ketersedian ManPower Lokal
D. ANALISA INVESTASI DAN KELAYAKAN INVESTASI
Analisa
investasi wajib dilakukan, bukan hanya dalam kelayakan secara tehnis
tetapi aspek investasi pun wajib di analisa agar di dapat suatu
kesimpulan terhadap studi yang dilaksanakan, komponen yang di analisa
adalah sebagai berikut :
1. Investasi
Dalam studi ini, diasumsikan bahwa untuk membiayai pembangunan Pabrik kelapa sawit diperoleh dua macam sumber pembiayaan, yaitu:
- Modal sendiri (Equity Capital) dari PEMILIK MODAL, dan
- Modal berupa kredit investasi dan modal kerja dari pemerintah melalui mekanisme DIP. Perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri (debt/equity ratio) yang disarankan adalah 30/70 dengan tujuan untuk menekan jumlah biaya pinjaman selama tahun-tahun pertama operasi. Jumlah pinjaman yang terlalu besar dibandingkan dengan modal sendiri akan mengakibatkan beban bunga yang terlalu berat, sehingga dapat membahayakan likuiditas maupun profitabilitas perusahaan pengelola proyek.
Biaya operasional tahunan dihitung untuk mempermudah para pemrakarsa dan pihak ketiga yang berkepentingan untuk mengkaji prospek finansial perkebunan kelapa sawit ini di masa mendatang. Dalam menghitung biaya oparasional tahunan ini digunakan asumsi asumsi:
- harga-harga bahan baku dan penolong pada dasarnya tidak akan berubah secara berarti;
- hal yang serupa berlaku untuk upah langsung, gaji, dan biaya overhead;
- Biaya Pemeliharaan peralatan dan mesin mesin
- harga jual minyak CPO tidak akan berubah secara berarti; dan
- Inflasi dalam negeri akan mempengaruhi harga jual produk dan biaya langsung secara sepadan.
Dalam kajian ini juga meninjau faktor besarnya harga produk (terutama harga jual TBS) dan besarnya biaya investasi, dan apabila biaya project investasi lebih besar dari pada pendapatan yang di rencanakan maka proyek ini bukanlah merupakan suatu competitive investment, sehingga rencana proyek tersebut sebaiknya tidak perlu dilaksanakan, tetapi begitu pula sebaliknya, dan oleh sebab itu di perlukan kajian finansial atas rencana investasi project sehingga akan di temukan suatu nilai value ada atau tidak (layak atau tidak layak) memberikan insentif yang cukup menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya pada proyek tersebut. Sehingga, lebih baik mereka memilih alternatif investasi lain yang bisa memberi manfaat yang lebih baik di masa mendatang.
2. Kelayakan Investasi
Kelayakan proyek pembangunan kebun kelapa sawit dilihat berdasarkan tingkat return proyek itu sendiri, kreteria kelayakan investasi yang disiapkan dalam laporan ini adalah Net Present Value (NPV) serta Internal Rate of Return (IRR) dan B/C Ratio (Benefit per Cost Ratio). Dari hasil data data dan analisa perhitungan tersebut dapat menunjukkan menunjukkan bahwa IRR yang diperoleh lebih besar atau ebih kecil dibandingkan dengan suku bunga komersil yang ditetapkan.
Analisa sensitifitas untuk proyek pembangunan kebun kelapa sawit mengunakan dua (2) variable yang dianggap berpengaruh terhadap kelayakan proyek tersebut, ke 2 variabel tersebut adalah variabel tersebut adalah variable kenaikan project cost, variable penurunan harga jual CPO. Dari hasil analisa sesitifitas menunjukkan bahwa variable perubahan harga jual agak sensitive terhadap proyek, sedangkan kenaikan project cost kurang sensitive terhadap proyek ini.
3. Kapasitas Olah Pabrik
Berdasarkan dari sumber bahan baku yang ada adalah salah satu factor penentu dalam menentukan kapasitas olah suatu pabrik, baik itu dari kebun sendiri maupun dari lingkungan masyarakat maupun koperasi yang akan menjadi mitra kerja hal ini perlu diperhatikan agar kapasitas olah pabrik dapat sesuai dengan keadaan sumber bahan baku dan penghitungan break even point dapat dicapai dalam waktu yang tepat
E. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil analisa dari aspek umum, legalitas, aspek ekonomi, aspek
lingkungan, aspek pasar kelapa sawit, aspek teknik, sosial ekonomi, Tata
Letak, Kapasitas Olah produksi dan ketenagakejaan, maka rencana
pembaguanan pabrik kelapa sawit dapat disimpulan bahwa pembangunan
perkebunan tersebut L A Y A K dengan Kapasitas Olah ….. MT/H atau TIDAK
LAYAK untuk dilaksanakan.